JIWA KONSUMTIF DAN
PRODUKTIF
Oleh Muhammad Fais
Alfafa
Mahasiswa UNDIKSHA
Seorang
dosen ingin melakukan penelitian kecil, ia mengambil sampel dua orang mahasiswa
yang berprestasi, satu mahasiswa Indonesia dan satu mahasiswa Jepang.
Penelitian tersebut ingin mengetahui bagaimana mental dari kedua mahasiswa
negara tersebut. Hasilnya cukup jelas bahwa mahasiswa Jepang lebih memiliki
mental produktif, sementara mahasiswa Indonesia memiliki mental konsumtif.
Mengapa bisa seperti itu, disini saya akan berbagi kisahnya.
Pagi
itu suasana yang sangat ramai di sebuah auditorium Universitas Ingin Maju.
Terdapat kuliah umum yang dilaksanakan oleh Prof. Agus, dengan materi
berkontribusi dalam MEA. Semua mahasiswa sangat antusias dalam mengikuti kuliah
tersebut. Di akhir acara perkuliahan, dua orang mahasiswa dipanggil ke depan
oleh Prof. Agus, Himura dan Rahmat. Himura merupakan mahasiswa pertukaran dari
Jepang sementara Rahmat merupakan mahasiswa Universitas Ingin Maju. Himura dan
Rahmat adalah mahasiswa yang berprestasi, mereka berdua mendapatkan hadiah dari
Prof. Agus sebuah motor sport. Sebenarnya hadiah tersebut adalah suatu alat
yang akan digunakan oleh Prof. Agus dalam meneliti jiwa dari kedua mahasiswa
tersebut.
Rahmat
sangat senang mendapatkan sebuah motor, apalagi motor tersebut cukup mahal dan
sangat keren. Dengan senangnya Rahmat langsung menggunakan motor tersebut untuk
menjemput pacarnya untuk sekedar jalan-jalan. Walaupun Rahmat merupakan
mahasiswa berprestasi, akan tetapi jiwanya masih cenderung sebagai seorang
konsumen. Ia hanya berpikiran untuk menggunakan motor tersebut.
Berbeda
dengan Himura, setelah mendapatkan motor hadiah dari Prof. Agus, ia langsung
membongkar motor tersebut untuk mengetahui sistemnya dibantu dengan beberapa
sumber bacaan yang diperolehnya. Dengan tekat yang kuat ia cepat memahami
sistem motor tersebut, dan ia mendirikan sebuah bengkel kecil-kecilan. Cara
berpikir Himura merupakan salah satu jiwa Produktif, walaupun ia mendapatkan
hadiah sebuah motor, ia tidak hanya menggunakannya akan tetapi juga belajar
untuk mengembangkannya.
Dari
cerita tersebut kita tahu, bahwa jiwa yang diperlukan oleh bangsa ini adalah
jiwa produktif, apabila jiwa produktif sudah dimiliki, maka dengan tantangan
seperti apapun maka bangsa kita tetap akan menjadi bangsa yang mandiri. Dengan
kemandirian, bangsa ini tidak akan terlalu bergantung kepada yag lain, karena
kebutuhan akan tercukupi oleh produk-produk hasil dalam negeri.
Jiwa
produktif itu seperti apa? Jiwa produktif merupakan sebuah mental yang
menunjukkan bahwa seorang itu ingin selalu membuat suatu karya yang berguna.
Karya yang berguna bisa dari pemikiran sendiri, ataupun dari hasil modifikasi
suatu karya yang sudah ada. Sebagai contoh adalah negara Cina, negara tersebut
tidak akan menikmati sebuah teknologi hanya dengan sebagai konsumen, seperti
ketika muncul teknologi smartphone, negara tersebut dengan cepat mempelajari
teknologi tersebut dan membuat ulang dengan merek yang berbeda, teknologi yang
hampir sama dengan harga yang lebih terjangkau.
Banyak
orang yang menilai bahwa teknologi Cina merupakan suatu teknologi tiruan, saya
setuju dengan pendapat tersebut, akan tetapi mari kita lihat dari sudut pandang
yang berbeda, bahwa negara tersebut merupakan suatu negara yang memiliki jiwa
produktif yang amat tinggi, buktinya telah saya jelaskan di atas, mengagumkan
bukan. Jiwa produktif Cina perlu dipelajari oleh Indonesia, mengapa demikian?
Agar bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri dan maju. Agar menjadi sebuah
negara yang mandiri dan maju seperti yang telah dicita-citakan, maka bangsa ini
perlu lebih banyak memiliki orang-orang berjiwa produktif seperti negara Cina
dan negara maju lainnya.
Jauh
sebelum Cina menjadi negara yang berkuasa di dunia, salah seorang tokoh yaitu
Nabi Muhammad SAW. telah memberikan suatu nasihat kepada umatnya, “tuntutlah
ilmu sampai ke negeri Cina”. Sebuah nasihat yang cukup mengherankan bagi saya
apabila saya berada pada masa itu, pertanyaan yang timbul adalah, kenapa kok
tidak ke Eropa, atau ke Amerika, Mengapa ke Cina?. Ternyata Nabi telah
mengetahui jauh sebelum Cina menjadi negara berkuasa bahwa masyarakat Cina
memiliki jiwa produktif yang tinggi dan perlu untuk dicontoh oleh umat beliau.
Jadi
anda sudah memiliki bayangan kan, apakah anda hanya menjadi orang yang berjiwa
konsumtif, atau anda akan menjadi orang yang berjiwa produktif, pilihan ada di
tangan anda.
Sumber:
Al-Hadist
*Cerita di atas hanyalah fiktif belaka
Artikel keren lainnya:
Izin ambil artikelnya ya pak🙏
ReplyDelete